Rudiantara mengatakan lelang frekuensi 2,1 GHz dan 2,3 GHz akan dilaksanakan pada pertengahan 2017 | demo pt kontak perkasa
Terkait kasus Internux (Bolt) yang memenangkan gugatan di frekuensi 2,3 GHz di PN Jakarta Pusat, Menkominfo mengatakan hal itu tidak mempengaruhi tender.
“Kalau bolt itu 2,3 GHz dengan lokasi berbeda dengan yang ditenderkan,” katanya.
Selain itu, menurut Menkominfo, kini pihaknya juga tengah mengajukan banding terhadap keputusan tersebut.
“Kemudian ada tiga bulan untuk refarming,” kata Rudiantara seperti dikutip Antara.
Untuk refarming, ia meyakini dapat cepat dilaksanakan mengingat telah ada kesepakatan awal skenario refarming dengan para operator.
“Refarmingnya sudah pre agreement.
Skenarionya kalau si A menang, siapa yang pindah, kalau si B menang ditempatin siapa yang menang.
Itu sudah ditandatangani semua, karena skenario sudah ada untuk eksekusi, jadi Januari 2018 sudah digunakan frekuensinya,” katanya.
Dari April ke Mei cuma sebulan, tapi tidak mengubah proses implementasi, lelangnya tetap pertengahan tahun,” katanya di Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Kementerian Kominfo akan melelang dua blok di pita frekuensi radio 2.1 GHz, dengan lebar pita frekuensi radio 5 MHz moda FDD. Sementara di 2,3 GHz akan melelang 1 (satu) blok dengan lebar pita frekuensi radio 15 MHz moda TDD.
Menkominfo mengatakan, pada kuartal III 2017, pemenang tender sudah dapat ditetapkan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan lelang frekuensi 2,1 GHz dan 2,3 GHz akan dilaksanakan pada pertengahan 2017, sementara Peraturan Menteri terkait hal itu rencananya akan ditandatangani Mei, mundur sebulan dari rencana sebelumnya.
Dari Pada Berlarut, Lebih Baik Lelang Frekuensi 2,1 Ghz Terlebih Dahulu | demo pt kontak perkasa
Ridwan menambahkan, secara obyektif yang paling baik kondisi keuangannya ya Telkomsel. Sementara kalau dari analisis, Indosat belum perlu tambahan. Tapi kalau ada peluang, tentunya Indosat akan ikut juga dong
Sedangkan XL, tentunya juga akan memanfaatkan peluang ini untuk merebut kembali dua kanal yang mereka lepas di 2,1 GHz demi mendapatkan spektrum Axis
Tapi kalau pemenangnya nanti hanya Telkomsel atau Tri, mereka tidak perlu komitmen lagi karena jelas akan dipakai untuk capacity,” pungkas Ridwan.
Tapi karena di 2,1 GHz cuma ada dua blok kanal yang tersedia, kemungkinan yang akan menang hanya satu atau dua operator saja. Sehingga yang menjadi faktor utama menjadi pemenang, urgensi mendapat tambahan frekuensi serta dukungan finansial.
“Kalau diurut, yang perlu frekuensi itu Telkomsel, Tri, XL, baru Indosat. Kalau Telkomsel hanya bid satu blok, maka Tri pantas yang kedua karena paling kesulitan frekuensi. Tri pertumbuhannya relatif cepat setelah Telkomsel, terutama pelanggan data,” papar Ridwan.
Operator yang dimaksud adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia. Keempatnya berpeluang segera memperebutkan sisa kanal frekuensi yang tersedia di spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz untuk tambahan amunisi jaringan 3G dan 4G mereka.
Lebih lanjut Ridwan menuturkan, dalam lelang tersebut, semua memiliki peluang yang sama karena faktornya ditentukan oleh penawaran tertinggi.
Menurut Ridwan, ketimbang berlarut-larut karena masih terkendala masalah hukum di spektrum 2,3 GHz, lebih baik pemerintah melelang spektrum 2,1 Ghz terlebih dahulu.
“Ada baiknya lelang dilakukan terpisah antara 2,1 GHz dan 2,3 GHz, sehingga untuk blok yang tidak mempunyai masalah hukum lelangnya didahulukan, sementara blok 2,3 GHz boleh ditunda. Toh, peserta lelang sudah jelas hanya empat operator,” ujarnya.
Industri telekomunikasi, terutama di sektor operator kembali bergejolak. Penyebabnya kali ini, tidak lepas dari lelang frekuensi 2,1 Ghz dan 2,3 Ghz yang masih berlarut-larut. kendala tersebut, terjadi lantaran adanya masalah hukum di spektrum 2,3 GHz.
Terkait dengan masih berlarutnya proses lelang frekuensi tersebut, pemerintah disarankan untuk melelangnya tidak secara bersamaaan. Saran tersebut disampaikan Muhammad Ridwan AEffendi, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB
Pemerintah Disarankan Lakukan Lelang Terpisah untuk Spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz | demo pt kontak perkasa
“Secara obyektif, yang paling baik kondisi keuangannya ya Telkomsel. Yang lain kalau tidak didukung induknya, repot. Di tahun 2006, jelas Telkomsel yang paling berani bid paling mahal.
“Sementara kalau dari analisis, Indosat belum perlu tambahan. Tapi kalau ada peluang, tentunya Indosat akan ikut juga dong. Dugaan saya, induk perusahaan akan ngasih gelontoran,” lanjutnya.
Sedangkan XL, tentunya juga akan memanfaatkan peluang ini untuk merebut kembali dua kanal yang mereka lepas di 2,1 GHz demi mendapatkan spektrum Axis Telekomunikasi Indonesia di 1.800 MHz lewat aksi merger akuisisi.
“Secara obyektif, yang paling baik kondisi keuangannya ya Telkomsel. Yang lain kalau tidak didukung induknya, repot. Di tahun 2006, jelas Telkomsel yang paling berani bid paling mahal.
“Sementara kalau dari analisis, Indosat belum perlu tambahan. Tapi kalau ada peluang, tentunya Indosat akan ikut juga dong. Dugaan saya, induk perusahaan akan ngasih gelontoran,” lanjutnya.
Sedangkan XL, tentunya juga akan memanfaatkan peluang ini untuk merebut kembali dua kanal yang mereka lepas di 2,1 GHz demi mendapatkan spektrum Axis Telekomunikasi Indonesia di 1.800 MHz lewat aksi merger akuisisi.
Begitu Permen diteken dan kemudian spektrum frekuensi mulai dibuka untuk dilelang dari keempat operator itu, menurut Ridwan, semua memiliki peluang yang sama karena faktornya ditentukan oleh penawaran tertinggi.
Tapi karena di 2,1 GHz cuma ada dua blok kanal yang tersedia, kemungkinan yang akan menang hanya satu atau dua operator saja. Sehingga yang menjadi faktor utama menjadi pemenang, urgensi mendapat tambahan frekuensi serta dukungan finansial.
Peluang itu pun terbuka sejak Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan akan menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) untuk tender kedua frekuensi tersebut pada Mei 2017.
“Di 2,3 GHz, karena masih ada isu hukum, ini kita mau bereskan dulu. Kita mau soal hukum itu satu untuk semua. Jadi sekali diambil putusan tak ada lagi masalah di lain waktu. Kita tetap optimistis pada Januari 2018 proses refarming dari dua spektrum itu kelar begitu tender selesai,” kata Rudiantara.
Hal ini disampaikan Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Muhammad Ridwan Effendi yang mengatakan, Ada baiknya lelang dilakukan terpisah antara 2,1 GHz dan 2,3 GHz, sehingga untuk blok yang tidak mempunyai masalah hukum lelangnya didahulukan, sementara blok 2,3 GHz boleh ditunda. Toh, peserta lelang sudah jelas hanya empat operator,” ujarnya.
Operator yang dimaksud adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia. Keempatnya berpeluang segera memperebutkan sisa kanal frekuensi yang tersedia di spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz untuk tambahan jaringan 3G dan 4G mereka.
Masih urusan lelang frekwensi yang masih berlarut-larut. Kali ini pemerintah disarankan untuk melelang kanal frekuensi di 2,1 GHz terlebih dahulu ketimbang berlarut-larut karena masih terkendala masalah hukum di spektrum 2,3 GHz.